Manfaat dan Dampak Merugikan dari Penggunaan Batubara. Saat kita menyimak kata “batubara,” mungkin terbayang gambaran sebuah bongkahan batu hitam atau mungkin asap tebal keluar dari cerobong. Namun, apa yang mungkin tidak terbayangkan adalah dampak buruk yang dapat diakibatkan oleh penggunaan batubara. Berikut ini adalah ulasan tentang manfaat dan kerusakan yang ditimbulkan oleh batubara, terutama dalam konteks penggunaannya di Indonesia.
Indonesia memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap bahan bakar fosil, khususnya batubara, yang merupakan salah satu bahan bakar paling polutan di dunia. Lebih dari 90% listrik di Indonesia dihasilkan dari bahan bakar fosil, dan sebagian besar dari itu berasal dari batubara. Pemerintah Indonesia bahkan terus membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara di seluruh negeri, menandakan kecenderungan untuk tetap bergantung pada sumber daya ini.
Manfaat Batubara
Meskipun memiliki dampak negatif yang signifikan, batubara tetap dimanfaatkan karena sejumlah alasan. Indonesia merupakan produsen batubara terbesar kedua di dunia setelah Australia, dengan lebih dari 80% dari produksi batubara diekspor ke luar negeri pada tahun 2011. Ini memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian, namun, harus diakui bahwa manfaat tersebut diimbangi oleh serangkaian kerusakan yang tidak dapat diabaikan.
Kerusakan Lingkungan
Pulau Kalimantan, terutama Kalimantan Timur dan Selatan, adalah pusat produksi batubara di Indonesia. Proses pengerukan batubara yang masif di daerah ini meninggalkan bekas yang merusak, seperti lubang-lubang besar yang ditinggalkan pasca penambangan. Penggusuran masyarakat adat dari tanah mereka yang telah dihuni selama ratusan tahun juga menjadi dampak serius. Jejak kerusakan batubara tidak berhenti di lokasi penambangan, melainkan berlanjut selama proses pembakaran di PLTU. Pembakaran batubara menghasilkan polusi berupa karbon monoksida, merkuri, dan karbon dioksida, yang semuanya berkontribusi pada pemanasan global.
Contoh Konkret: Cirebon dan Cilacap
Contoh nyata dampak buruk ini dapat dilihat di Cirebon dan Cilacap. Pembangunan PLTU di Cirebon menyebabkan penggusuran masyarakat setempat, mengubah mata pencaharian nelayan, dan merusak ladang garam. Di Cilacap, sejak PLTU Karang Kadri berdiri pada 2007, kualitas hidup masyarakat di sekitarnya mengalami penurunan drastis. Studi kesehatan menunjukkan lebih dari 80% penduduk disekitar PLTU Cilacap mengalami masalah pernafasan dan penyakit yang terkait dengan polusi debu batubara. Anak-anak balita juga terpengaruh dengan keterlambatan pertumbuhan dan berbagai penyakit akibat kualitas udara yang buruk.
Tantangan dan Harapan
Kisah serupa terjadi di seluruh dunia, dan masyarakat di berbagai negara berdiri untuk menuntut tanggung jawab dari industri dan pemerintah mereka terhadap kerusakan lingkungan dan kesehatan mereka. Rakyat Indonesia pun diharapkan untuk bersikap tegas agar pemerintah melepaskan ketergantungannya pada batubara demi masa depan yang lebih berkelanjutan dan sehat. Era batubara seharusnya berakhir, dan saatnya beralih ke energi terbarukan untuk membangun peradaban yang bersih dan lestari.